Senin, 26 November 2012

Aku dan Dirinya [Cerpen yang insya allah akan dilanjutkan menjadi novel]


Aku dan Dirinya



Fariz. Seorang kakak kelas yang mampu membuatku berfikir tidak ada yang menarik melainkan dia. Warna hitam dibola matanya adalah hitam paling sempurna yang pernah ku lihat. Hidungnya yang mancung. Badannya yang tegap setegap hatinya yang tampak sekokoh batu karang. Dan bibir yang sesempurna senyumannya. Senyum yang jarang ia umbar ke orang lain. Saat ia tersenyum kepadaku, seakan-akan aku merasakan aliran darahku mengalir lebih cepat dari dalam jantung hingga ke ujung jari-jariku. Mengalirkan nafas-nafas penih kebahagiaan. Dimataku ia dapat mencuri perhatianku. Rasa kagum selalu muncul dihati ketika aku memandanginya. Kesempurnaanya, timbul entah dari mana dari dalam hati ini. Dan itu lah sosok Fariz dimataku.
Dahulu, Fariz adalah kakak kelasku di waktu SMP. Pada saat SMP tidak ada perasaan apapun yang timbul kepadanya. Entah mengapa ketika aku lulus dan masuk sekolah yang sama dengan Fariz, ketika melihat wajahnya hatiku langsung berdetak cepat. Hati kecilku berkata bahwa Fariz yang dulu dan sekarang itu jauh berbeda. Sekarang ia lebih tampan, manis, memiliki badan yang tegap, dan lain sebagainya. And he’s amazing !.
Waktu istirahat adalah saat terindah bagiku untuk memandanginya. Hari demi hari ku lewati. Tidak terasa sekarang aku sudah menduduki bangku kelas 11 dan Fariz kelas 12, yang sebentar lagi ia akan menghadapi ujian nasional dan lulus dari SMA . dan itu artinya aku sudah tidak bisa memandangi Fariz lagi, walaupun bisa itupun hanya sebentar apabila ia mengunjungi sekolah. Hari demi hari rasa suka ku kepadanya semakin besar, namun aku tidak mengetahui apakah ia juga menyukai ku? Aku tidak mau terlalu berharap darinya, aku takut jika aku terlalu berharap ia akan menghilang, selamanya.
Aku melihat sosok yang aku kenali berjalan tepat didepanku. Fariz. Dengan jalan dipercepat akhirnya jarak dengan Fariz cukup dekat. Langkah kaki terhenti. Aku terkejut. Tiba-tiba Fariz membalikkan badan dan menghadap tepat didepanku.
Ia diam sejenak, lalu ia menanyakan siapa namaku, dimana tempat tinggalku, sekarang aku kelas berapa, dan percakapan terkahirnya “Billa, pas bel pulang kamu tunggu kakak di gerbang. Inget ya dek!”.
Bel istirahat berbunyi. Vika teman sebangkuku mengajakku ke kantin. “Bill, kita ke kantin yuk! Lapar nih”. (sambil menepuk pundakku). “Bill, kok diam aja sih? Ayo Bill keburu bel masuk bunyi nih!!”. Aku pun tersadar dari lamunanku setelah Vika menjentikkan jari di depan wajahku. Aku dan Vika berjalan menuju kantin. Pada saat sedang makan, tatapanku terkunci oleh tatapan dari seberang sana. Fariz. Ia melihatku dengan tatapan datar, tanpa senyum maupun emosi. Selama beberapa saat aku bertatapan dengannya, namun tatapan itu terhenti oleh kejutan Vika yang telah menepuk pundakku agar aku segera memasukkan makanan yang aku pegang ke mulut. Aku pun melanjutkan makan yang tadi sempat terhenti oleh tatapan Fariz. Selesai makan, aku dan Vita bergegas menuju kelas sebelum bel berbunyi. Sesampainya di kelas aku menceritakan semua kejadian yang aku alami sejak pagi sampai kejadian di kantin tadi. Lantas Vika hanya tertawa seperti biasa dan berkata: “kayaknya dia suka sama lu deh Bill. Ciyeee!! Udah terima aja lagian Fariz itu ganteng, keren, jago basket lagi. Cewek mana sih yang enggak tertarik dengan Fariz?! Gue aja sampe suka lho sama dia! Hehe, gue bercanda kok Bill”. “haaahhh?!! Aduh lu kok ngaco sih Vit. Udahlah enggak usah ngaco gitu deh!!”. “iya iya maaf deh Bill”. Vita menjawab dengan tatapan sedikit sedih.
Akhirnya bel pulang sekolah berbunyi. Dengan cepat aku memberitahu Vita karena hari ini aku tidak bisa pulang bareng dengannya. Dan Vita membolehkanku. Aku berjalan melewati lorong kelas menuju gerbang untuk menemui Fariz. dari kejauhan aku sudah dapat melihat sosok Fariz yang sedang duduk dimotor ninja hitam. Dengan langkah dipercepat aku menghampirinya. Ia langsung menyuruhku untuk duduk dibelakangnya. Aku mengikuti perintahnya. Aku terkejut. Aku kira ia akan mengantarkan aku pulang, ternyata ia memberhentikan motornya disebuah taman yang indah dan bersih. Hati kecilku berkata bahwa taman yang kali ini sangat indah. Baru kali ini aku diajak oleh seorang cowok yang aku kagumi ke sebuah taman yang sangat romantis sekali. Di taman, aku berbincang-bincang dengannya. “rasanya kalau gue ke taman ini, hati gue ngerasa tenang, damai”.
Ia memulai percakapan. “kenapa bisa begitu?”. Tanyaku heran. “soalnya ini adalah taman favorit gue diantara semua taman yang pernah gue kunjungi jadi gue ngerasa tenang disini. Menurut lu gimana taman ini?”. Aku memandangi sekeliling taman. “hey dek! Kok diajak ngobrol malah diam begitu aja sih? Lo gak seneng sama tempat ini?”. Ucapnya dengan nada kesal. “ha? Maaf kak maaf. Seneng kok kak”. Ucapku dengan terbata-bata. “yaudah jawab pertanyaan gue tadi dong! Gimana taman ini menurut lu?!”. Tanyanya dengan nada masih kesal. “aku suka kok kak. Taman ini adalah taman terindah yang pernah aku kunjungi kak”. “bagus deh kalau lo suka sama taman ini. Jadi gue gak sia-sia ngajak lo kesini”. Ucapnya sambil tersenyum kepadaku. Huh, untung saja aku dapat langsung segera menjawab pertanyaan Fariz. Hampir saja aku membuatnya marah.
Aku dan Fariz sedang melihat keadaan disekitar taman. Tidak terasa sudah pukul 5 sore, dan aku pun izin untuk pulang duluan, aku takut mama marah kepadaku karena aku belum meminta izin untuk pulang telat. “kak, aku pulang duluan ya. Sekarang udah jam 5. Aku takut mama nyariin aku”. Ucapku sambil bangkit dari kursi taman. Dengan cepat Fariz menarik lenganku dan berkata “lo biar gue antar pulang. Sebentar lagi matahari terbenam. Gak baik anak cewek pulang sendiri jam segini!”. Tanpa basa-basi Fariz menarikku ke arah parkiran motornya. Fariz menaiki motornya. Lalu ia menyuruhku untuk menaiki motornya, dan berkata “bill, lo pegangan ya! Gue mau ngebut. Gue gak mau sampe lo kenapa-kenapa”. “iya kak”. Jawabku. Antara ketakutan dan senang aku dapat memeluknya dari belakang. Rasanya hal ini tidak ingin cepat berlalu begitu saja, dan semoga peristiwa ini bukan untuk yang terakhir.
Tidak terasa akhirnya aku sampai di depan rumah. Aku mengajak Fariz untuk masuk ke dalam. Aku membunyikan bel. Mama keluar dari dalam. “Billa, kok kamu jam segini baru pulang? Kamu kemana aja Billa?”. Tanya mama dengan cemas. Dengan langkah cepat Fariz menghampiri mama, lalu mencium tangan mama dan menjawab pertanyaan mama yang ditunjukkan untukku. “halo tante, selamat sore. Saya Fariz kakak kelasnya Billa. Maaf tante Billanya pulang telat. Tadi Billa saya ajak ke taman. Sekali lagi saya minta maaf ya tan.” Ucap Fariz dengan sopan. “oh begitu. Iya gapapa kok dek.
Ayo masuk, nanti tante siapin teh hangat untuk kalian berdua”. “Billa ajak temannya masuk”. Mama melanjutkan pembicaraan. “kak, ayo masuk”. Ucapku. “iya dek”. Di dalam aku,Fariz dan mama meminum secangkir teh hangat. Setelah puas berbincang-bincang Fariz izin untuk pulang kepada mama, karena waktu sudah cukup malam.
Ke esokan harinya, pada saat aku ingin memasuki ruangan kelas, Vita menghampiriku dan berkata, “Bill, tadi Fariz kesini. Ia nyariin lu tuh! Terus ia minta nomor lu ke gue.
 Yaudah gue kasih aja, abis gue gak enak kalau gak ngasih ke dia. Maaf ya Bill, gak marah kan?”. “ha?! Fariz tadi kesini? Serius lu Vit? Kapan kesininya?” tanyaku.  “gue serius Bill, ngapain gue bohong sama lu. Kurang lebih 5 menit yang lalu Bill”. Jawabnya. “ada apa ya? Kayaknya gue gak punya salah apa-apa deh ke dia”. “gue juga gatau Bill. Dia kesini Cuma buat minta nomor lu ke gue doing”. Bel istirahat berbunyi. Aku memutuskan untuk berdiam diri di dalam kelas. Tiba-tiba handphone ku bergetar. Pada saat aku lihat, ternyata ada sms tetapi tidak ada nama yang tercantum pada layar. Pada saat aku membuka pesan tersebut, aku terkejut ternyata itu pesan dari Fariz dengan berisi:
Eh, billa! Kemana lo? Gak masuk?  Tumben sampe sekarang gue belum melihat lo. Fariz
Sms yang singkat, namun sangat berguna untukku. Oh Tuhan, apakah itu Fariz yang kemarin mengajakku ke taman? Detak jantungku berdetak lebih cepat dari biasanya. Aku pun membalas pesan dari Fariz.
Ini kak Fariz yang kemarin mengantar aku pulang? Aku masuk kak, lagi di kelas kak. Aku malas ke kantin, hehe
Aku menunggu balasan dari Fariz. setelah beberapa saat, handphone ku bergetar lagi. Aku pun membaca pesan dari Fariz.
              Ya ialah! Gue kira lo gak masuk. Oke deh!
Ternyata itu beneran Fariz. Aku sangat senang karena mendapatkan sms dari cowok yang aku kagumi. Aku menaruh kembali handphone ke dalam tas.
Setelah menaruh handphone di dalam tas, di depan pintu kelas aku melihat sosok Fariz yang sedang berjalan mendekat ke arahku. Ia duduk di sebelahku. Karena tidak percaya, aku mencubit tanganku. “argh!!” teriakku. “lo ngapain nyubit diri lo sendiri? Kurang kerjaan banget!” ucapnya sambil tertawa melihat tingkah laku ku yang aneh tadi. “ng..gapapa iseng aja,hehe” ucapku dengan terbata. “kenapa gak ke kantin? Gak ada uang? Oiya nih gue bawain makanan buat lo.
Lumayan buat ganjel-ganjel perut” ucapnya sambil mengeluarkan makanan dari plastic yang ia bawa. “siapa yang gak ada uang. Kan tadi aku bilang, kalau lagi malas ke kantin “ ucapku dengan sedikit jengkel. “baru dibecandain gitu aja udah ngambek. Dasar cewek!”. Ucapnya sambil sedikit tertawa. “apa sih kak, aku gak ngambek kok!” jawabku. “yaudah! Makanan dari gue tadi lo makan gih. Buat ganjel perut lo biar nanti pas ngelanjutin pelajaran perut lo gak menjerit kelaparan” ucapnya. “iya kak iya aku makan. Makasih ya kak. Kakak mau?”. “buat lo aja. Tadi gue udah makan” ucapnya sambil tersenyum padaku.
       Beberapa bulan telah ku lewati bersamanya. Aku dan Fariz sekarang semakin akrab dan saling mengenal satu sama lain. Bahkan perasaanku dengannya sudah semakin bertambah. Ingin sekali rasanya mengungkapkan perasaanku kepadanya tapi aku lebih baik diam dan menunggu keajaiban yang akan datang.
       Telah tiba saatnya kelulusan kelas 12. Aku sangat senang karena Fariz dapat lulus dengan hasil yang memuaskan. Namun dibalik rasa senang ini tersimpan rasa sedih yang cukup mendalam. Tidak ada lagi yang pada waktu istirahat berkunjung kelasku, mengantar aku pulang, mengajakku ke taman, dan masih banyak lagi.
       Pembagian rapotpun tiba. Aku berjalan keluar kelas. Dari kejauhan aku melihat sosok lelaki yang memakai kemeja putih yang datang menghampiriku. Sosok lelaki itu semakin dekat. Aku mulai mengenalinya. Ia Fariz. Ia datang untuk melihatku. Dengan gaya nya ia berdiri disebelahku. “gimana rapotnya?” Tanya nya. “rapotku bagus kok kak” jawabku. “selamat ya Bill! Kakak seneng deh dengernya, jadi gak sia-sia kakak datang ke sekolah” ucapnya dengan penuh senyuman diwajahnya. “iya makasih banyak ya kak” jawabku dengan sedikit sedih.
 “kamu kenapa dari tadi kakak ajak ngomong malah diam aja? Ada masalah ya Bill? Cerita dong!” tanyanya dengan penasaran. “ngga ada apa-apa kok kak” jawabku lemas. “yakin ngga ada apa-apa? Tapi kok murung gitu sih?”. “aku ngga kenapa-kenapa kok kak”. “yaudah kaka kantar pulang ya. Kamu udah selesai kan?”. “sudah kak”. “yaudah yuk”. Fariz menggandeng tanganku sampai menuju tempat parkir. Aku hanya bisa terdiam lemas. Ingin rasanya untuk mengatakan hal yang sebenarnya kepadanya, namun entah kapan waktu yang tepat. Sampai saat ini aku masih harus menyimpan rasa yang kurang enak itu sendiri.
       Aku menceritakan semua tentang Fariz, dari pertama ia menyapaku sampai ia telah lulus dari SMA. Saat bercerita air mataku tidak berhenti mengaliri wajahku. Lagi dan lagi air mata itu turun, aku tidak dapat menahannya. Mama memberi saran yang sangat baik untukku. Selesai bercerita aku masuk ke kamar untuk beristirahat sejenak dan untuk menghilangkan bekas nangis yang masih sangat melekat diwajahku.
       Liburan sekolah tiba. Aku memutuskan untuk berdiam diri di kamar. Tadinya aku ingin jalan dengan Vita, namun aku menolak ajakan dari Vita. Tiba-tiba mama mengetuk kamarku. Mama membuka pintu kamarku. “Bill, itu di ruang tamu ada temanmu”. “siapa ma?” tanyaku dengan bingung. “Fariz. Ayo cepat keluar! Jangan lupa ganti baju. Kelihatannya Fariz ingin mengajak kamu jalan”. “hah? Fariz ma?! Oke ma”. Jawabku dengan semangat. Dengan cepat, aku segera mengganti pakaian. Aku putuskan untuk memakai dress putih dan menggunakan high heels. Agar terlihat serasi dengannya. Aku berjalan keluar kamar menuju ruang tamu. Fariz sedang duduk disana. Aku menghampirinya. Aku duduk disampingnya. “hey Bill! Kamu cantik banget mengenakan dress ini. Pantes banget Bill” ucapnya dengan penuh senyuman. Senyuman yang selalu membuatku terpesona. “hehe.. makasih kak. Kakak juga ganteng banget lho memakai kemeja putih. Ngga seperti biasanya kak” jawabku dengan malu-malu.
“makasih dek. Ha? Masa sih? Berarti kakak biasanya jelek dong?”. “maksud aku bukan begitu kak. Sekarang kakak terlihat lebih rapi”. “oh haha kirain” jawabnya. “kak, kakak mau mengajakku kemana?” tanyaku dengan penasaran. “oiya kakak sampai lupa. Kamu ikut aja. Rahasia deh” jawabnya dengan meledek. “oke deh kak kalau rahasia”. “yaudah yuk kita berangkat” ajaknya.
       Tidak kusangka ia mengajakku ke taman. Taman yang biasa kita kunjungi sesaat pulang sekolah. Aku dan Fariz berjalan menuju kursi taman. Fariz memulai pembicaraan. “dek, sebenarnya gue lulus dari SMA itu sedih banget. Gue gak bisa mandangi orang yang gue sayang, gue gak bisa jadi pengawal dia lagi” ucapnya. “oh begitu” jawabku dengan datar. Orang yang gue sayang. Siapa orang yang selama ini menjadi pujaan hatinya Fariz? sesayang itu kah Fariz terhadap perempuan tersebut sampai-sampai ia sangat sedih. Ucapku dalam hati. “gue takut perasaan gue berbeda dengan dia. Setiap gue ada didekatnya gue selalu merasa nyaman” ucapnya. “hemm” jawabku dengan jengkel. “dek, sebentar ya kakak tinggal dulu. Gue mau kesana dulu” ucapnya sambil berdiri meninggalkanku.
       Aku sangat tidak menanggapi perkataan Fariz tadi. Kenapa sih setiap ia jalan bersamaku, ia selalu membicarakan perempuan tersebut. Sebenarnya ada hubungan apa ia dengan Fariz. Sampai-sampai Fariz selalu membicarakannya. Aku terkejut saat seorang perempuan cantik datang menghampiriku. “kamu Billa ya? Ikut aku ke sana ya” ucap perempuan itu dengan memegang tanganku. “iya saya Billa. Ada apa?” tanyaku dengan heran. Pertanyaanku tidak ditanggapi oleh perempuan tersebut. Aku hanya mengikuti perempuan itu dari belakang. Perempuan tersebut masuk ke dalam sebuah toko kue. Toko yang besar, tersusun rapi, memiliki kue yang bagus. Di dalam toko, aku melihat-lihat hasil kue yang telah dipajang, sangat menakjubkan!. Perempuan itu mengajakku ke kasir lalu ia menitipkan blueberry cheese cake kepadaku. Katanya aku harus menjaga kue itu, agar kue nya tidak hancur. Dan aku pun tidak boleh melihat hiasan apa yang ada didalam kotak kue. Aku pun mengitu perintah perempuan tersebut. Namun aku masih sangat bingung kenapa perempuan itu mempercayaiku, padahal aku belum mengenalnya. Aku kembali menuju kursi taman.
       Duduk diam sendirian. Fariz belum juga kembali. Sangat membosankan. Aku benci hal ini.
       Tidak lama kemudian Fariz datang menghampiriku. Ia menutup kedua mataku dengan telapak tangannya dari belakang. Aku sangat terkejut. Akhirnya ia membuka kembali kedua mataku. “dari tadi disini aja? Ngga jalan-jalan?” tanyanya. “ngga kak. Tadi ada perempuan yang menyuruhku ke toko kue lalu ia menitipkan kotak kue nya kepadaku kak.
Perempuan itu menyuruhku untuk menjaga kue tersebut” jawabku. “oh. Yaudah kamu jaga tuh kuenya baik-baik ya. Amanat harus dijalani dengan benar ya dek” jawabnya. “iya kak, pastinya” ucapku.
       “hmm, Bill kakak mau ngomong” ucapnya sambil duduk ditanah berhadapan denganku dengan memegang kedua tanganku. Aku terkejut. Orang-orang melihat ke arahku. Ku rasa pipiku sudah merah merona. “iya kak. Kakak mau ngomong apa?” jawabku dengan malu. “kamu ambil deh kue yang tadi dititipkan oleh perempuan itu ke kamu!” perintahnya sambil berdiri. “ini kak kuenya”. “kamu buka deh kuenya!” perintahnya. “aku buka kak? Tadi kata perempuan itu aku tidak boleh membukanya kak” jawabku. “buka aja dek. Gapapa kok” perintahnya. Aku pun mengikuti perintahnya. Aku sangat terkejut ketika aku membuka kotak kue itu. Diatas kue tersebut bertuliskan “do you want to be a my girlfriend? I love you Billa”. Apakah yang ada di tulisan kue tersebut itu adalah benar isi perasaan Fariz selama ini? Oh Tuhan aku sangat senang, entah apa yanga ada diperasaanku saat ini. “gimana Bill?” Tanya Fariz. “memangnya kakak kue? Masa gue yang ngutarain perasaannya sih kak. Nanti aku jadian sama kue dong” jawabku. “yaudah nih kakak ngomong ya Bill. Billa, kakak suka sama kamu saat pertama kali kakak menegurmu di depan gerbang. Awalnya kakak ngga percaya sama cinta pandangan pertama, namun sekarang kakak sangat percaya. Kakak sayang sama kamu Bill, kakak ingin lebih bisa menjaga kamu walaupun kakak sudah lulus. Kakak ingin menjadi pelindung buat kamu. Kamu mau menjadi pacar kakak?” ucapnya. “kenapa bisa sama ya kak. Aku juga seperti itu kak. Aku juga sayang sama kakak” jawabku. “jadi kamu sudah menerima kakak?”tanyanya dengan penasaran. “iya kak” jawabku dengan penuh senyuman. Fariz memelukku dengan erat dengan berkata, “Bill, aku harap kita dapat bersama selamanya. Sampai ajal yang dapat memisahkan kita. Aku sayang kamu”. “aku juga berharap seperti itu. Aku juga menyayangimu”.
       Beberapa tahun kemudian, aku dan Fariz telah bersatu. Hanya ajal yang dapat memisahkan aku dan dirinya. Kami pun hidup bahagia, sekarang dan selamanya.

Minggu, 25 November 2012

Taylor Daniel Lautner #pic



















Bruno Mars - It Will Rain [Lyric]




If you ever leave me, baby
Leave some morphine at my door
'Cause it would take a whole lot of medication
To realize what we used to have
We don't have it anymore

There's no religion that could save me
No matter how long my knees are on the floor
So keep in mind all the sacrifices I'm makin'
Will keep you by my side
And keep you from walkin' out the door

Cause there'll be no sunlight
If I lose you, baby
There'll be no clear skies
If I lose you, baby
Just like the clouds
My eyes will do the same if you walk away
Everyday, it'll rain, rain, rain

I'll never be your mother's favorite
Your daddy can't even look me in the eye
Oooo if I was in their shoes, I'd be doin' the same thing
Sayin' there goes my little girl
Walkin' with that troublesome guy

But they're just afraid of something they can't understand
Oooo but little darlin' watch me change their minds
Yea for you I'll try I'll try I'll try I'll try
I'll pick up these broken pieces 'til I'm bleeding
If that'll make you mine

Cause there'll be no sunlight
If I lose you, baby
There'll be no clear skies
If I lose you, baby
Just like the clouds
My eyes will do the same if you walk away
Everyday, it will rain, rain, rain

Oh don't just say, goodbye
Don't just say, goodbye
I'll pick up these broken pieces 'til I'm bleeding
If that'll make it right

Cause there'll be no sunlight
If I lose you, baby
And there'll be no clear skies
If I lose you, baby
And just like the clouds
My eyes will do the same if you walk away
Everyday, it'll rain, rain, rain